Balada Lontar Tua

Petualangan Matematis yang Seru, Eksploratif, dan Menegangkan, berbasis Kearifan lokal….

Amiruddin, S.Pd

Episode 2: Bilangan Rasional dan Rahasia Lembah

***

Kabut tipis menyelimuti desa Karua ketika Marangka, Dandi, dan Randa berkumpul kembali di tongkonan keluarga Marangka. Lontar tua yang berhasil mereka lindungi di Bukit Batu kini menampilkan simbol baru berupa bilangan rasional—pecahan yang terlihat sederhana, tetapi penuh teka-teki.

“Apa maksud dari simbol ini?” tanya Dandi sambil menunjuk gambar pecahan seperti 1/2, 3/4, dan 5/6.

“Bilangan rasional adalah bilangan yang bisa dinyatakan dalam bentuk pecahan,” jelas Randa yang sering membaca buku matematika. “Tapi bagaimana ini bisa menjadi petunjuk?”

Marangka membalik halaman lontar, menemukan sebuah peta yang samar-samar terlihat di antara ukiran pecahan itu. Peta itu menunjukkan lokasi sebuah lembah tersembunyi di sisi timur desa, yang menurut cerita rakyat adalah tempat leluhur menyembunyikan rahasia terbesar mereka.

“Kita harus pergi ke lembah itu,” kata Marangka penuh keyakinan.

Namun, ia tidak menyadari bahwa perjalanan ini tidak hanya penuh dengan teka-teki, tetapi juga bahaya yang lebih besar dari sebelumnya.

****

Pagi itu, mereka berangkat dengan membawa bekal secukupnya. Perjalanan menuju lembah melewati hutan lebat dengan pepohonan tinggi yang menutupi sinar matahari. Suara gemericik sungai kecil dan kicauan burung menemani perjalanan mereka, tetapi perasaan waspada tetap menghantui.

Setelah hampir satu jam berjalan, mereka tiba di sebuah jembatan kayu tua yang membentang di atas sungai deras. Kayu-kayu di jembatan itu terlihat rapuh, dengan beberapa di antaranya sudah patah.

“Kita harus menyeberang satu per satu,” kata Marangka sambil memeriksa tali penyangga jembatan.

Dandi yang selalu gugup dalam situasi berbahaya, ragu-ragu untuk melangkah. “Bagaimana kalau jembatan ini runtuh?”

“Percayalah, kita bisa melakukannya,” ujar Randa sambil mendorong Dandi untuk maju.

Saat Dandi menyeberang lebih dulu, kayu di bawahnya retak, membuatnya hampir terjatuh. Dengan cepat, Randa menarik Dandi ke sisi lain, sementara Marangka menyusul dengan napas tertahan.

“Kita berhasil!” seru Dandi, meskipun lututnya masih gemetar.

Namun, saat mereka menoleh ke belakang, mereka melihat bayangan seseorang bergerak cepat di antara pepohonan.

“Kau lihat itu?” bisik Randa.

“Dia masih mengikuti kita,” jawab Marangka dengan serius.

****

Setelah beberapa jam perjalanan, mereka akhirnya tiba di depan lembah yang ditunjukkan oleh peta di lontar. Di tengah lembah itu, terdapat batu besar dengan ukiran bilangan rasional dan sebuah pintu tersembunyi di baliknya. Batu itu terlihat megah, seolah-olah menjadi penjaga rahasia yang telah lama terkubur.

Ukiran di batu itu menampilkan deretan pecahan, dengan petunjuk:

“Gabungkan dua bilangan rasional untuk mencapai keseimbangan.”

“Keseimbangan?” gumam Dandi. “Apa maksudnya?”

“Kita harus mencari dua pecahan yang jika dijumlahkan hasilnya 1,” jelas Randa.

Mereka mencoba berbagai kombinasi, tetapi setiap kali salah, batu itu bergetar seolah-olah akan runtuh.

“Coba 1/2 dan 1/2,” kata Dandi dengan percaya diri.

Mereka menyentuh dua pecahan itu secara bersamaan, dan batu besar itu mulai bersinar. Sebuah pintu kecil terbuka, mengungkapkan lorong gelap yang tampaknya menuju ke dalam gua.

“Kita berhasil!” seru Marangka. “Ayo kita masuk.”

***

Lorong itu sempit, dengan udara dingin yang menusuk kulit. Cahaya redup dari kristal kecil di dinding memberikan cukup penerangan untuk melihat jalan di depan. Mereka berjalan perlahan, mengamati ukiran-ukiran di dinding yang semuanya berisi simbol bilangan rasional.

Di ujung lorong, mereka menemukan sebuah ruangan besar dengan lentera kuno di tengahnya. Lentera itu padam, tetapi di bawahnya terdapat papan batu dengan teka-teki baru:

“Pilih pecahan yang lebih besar untuk menyalakan cahaya.”

“Ini tentang membandingkan bilangan rasional,” ujar Marangka sambil memperhatikan dua pecahan yang muncul di papan: 3/4 dan 2/3.

“Pilih 3/4,” kata Randa. “Itu lebih besar daripada 2/3.”

Mereka menyentuh simbol 3/4, dan lentera mulai menyala perlahan, menerangi seluruh ruangan.

Namun, saat lentera menyala, suara langkah kaki terdengar dari pintu masuk gua.

Pria berjubah hitam yang terus membayangi mereka muncul kembali, kali ini dengan dua pria berbadan besar sebagai pengawalnya.

“Kalian anak-anak memang keras kepala,” katanya dengan nada dingin. “Serahkan lontar itu sekarang, atau kalian tidak akan keluar dari sini.”

“Kami tidak akan menyerahkannya!” balas Marangka dengan tegas.

****

Pria itu melangkah maju, tetapi lentera di altar mulai memancarkan cahaya yang sangat terang, membuat pria itu dan anak buahnya mundur sejenak.

“Kita harus keluar dari sini,” bisik Marangka kepada Dandi dan Randa.

Namun, sebelum mereka sempat melarikan diri, pria itu menarik tuas di dinding, menutup pintu keluar gua. Mereka kini terperangkap di dalam, dengan hanya satu jalan keluar yang tampaknya tersembunyi di balik teka-teki berikutnya.

****

Di dinding gua, simbol baru muncul:

> “Gabungkan tiga bilangan rasional untuk mencapai kesempurnaan.”

Marangka memimpin teman-temannya untuk menyelesaikan teka-teki ini. Mereka harus memilih pecahan yang jika dijumlahkan menghasilkan 1. Dengan tekanan dari pria misterius yang terus mendekat, mereka tetap fokus.

“Kita coba 1/3, 1/3, dan 1/3,” kata Randa.

Ketika mereka menyentuh simbol-simbol itu, dinding mulai bersinar, dan sebuah pintu rahasia terbuka di sisi lain gua.

“Kita harus pergi sekarang!” seru Marangka.

Ketiganya segera berlari menuju pintu itu, tetapi pria berjubah hitam berhasil mengejar mereka. Di saat terakhir, lentera di altar memancarkan kilatan cahaya yang sangat terang, membuat pria itu dan anak buahnya mundur.

“Kita selamat,” kata Dandi dengan napas terengah-engah.

****

Ketika mereka keluar dari gua, lontar kembali menunjukkan simbol baru, kali ini berupa pola geometris yang tampak rumit.

“Apa ini? Grafik?” tanya Dandi dengan bingung.

“Ini mungkin petunjuk berikutnya,” jawab Randa. “Tapi untuk sekarang, kita harus mencari tahu di mana kita berada.”

Apa arti dari pola geometris di lontar? Dan bagaimana mereka akan menemukan jalan keluar dari hutan ini?

Bersambung ke Episode 3: Geometri dan Jalan Keluar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lainnya

Anak Tunggal yang Menemukan Temp...
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
Balada Lontar Tua
MTsN 1 Tana Toraja Raih Empat Ge...
Balada Lontar Tua
Jejak Misteri Sebuah Tongkonan

Hubungi kami di : 081903428634

Kirim email ke kamimtsrantepao@gmail.com